Kriptopedia — Bitcoin kembali menunjukkan daya tahan di tengah gejolak geopolitik. Dalam sepekan terakhir, produk investasi Bitcoin berbasis Exchange-Traded Funds (ETF) mencatat aliran dana masuk selama lima hari berturut-turut. Lonjakan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran, yang memicu kekhawatiran pasar global.
Berdasarkan data dari Farside Investors, tren positif dimulai pada Senin, 9 Juni, dengan aliran dana masuk sebesar lebih dari 386 juta dolar AS. Arus masuk terus berlanjut hingga Jumat, dengan tambahan 301 juta dolar AS. Secara total, lebih dari 1,3 miliar dolar AS masuk ke ETF Bitcoin hanya dalam lima hari perdagangan.

Kinerja ini dianggap mengesankan, mengingat harga Bitcoin sempat terkoreksi sekitar 3% menyusul laporan serangan udara Israel ke Iran. Namun, aset kripto terbesar itu mampu pulih dengan cepat. Pada Jumat (13/6), Bitcoin tercatat diperdagangkan di kisaran 105.000 dolar AS, setelah sempat turun di bawah 103.000 dolar AS akibat likuidasi posisi long senilai 422 juta dolar AS.
Analis pasar kripto dan pendiri Coin Bureau, Nic Puckrin, menilai faktor makroekonomi tetap menjadi penentu utama arah pergerakan harga Bitcoin dalam jangka panjang.
“Bukan geopolitik yang paling berdampak bagi Bitcoin, melainkan indeks dolar AS (DXY),” ujar Puckrin.
“DXY baru saja turun ke bawah angka 100, level terendah dalam tiga tahun terakhir. Jika dolar terus melemah, Bitcoin kemungkinan besar bergerak berlawanan arah.”
Meski demikian, Puckrin juga memperingatkan bahwa penutupan Selat Hormuz oleh Iran—jalur laut strategis tempat hampir 20 persen pasokan minyak dunia melewati—dapat memicu lonjakan harga energi dan mengguncang pasar aset berisiko, termasuk kripto.
Kekhawatiran itu semakin membesar setelah adanya kemungkinan serangan balasan militer oleh kedua negara. Jika ketegangan meningkat menjadi konflik regional skala penuh, pasar keuangan global, termasuk aset digital, diperkirakan akan terkena dampaknya secara langsung.
Meskipun begitu, daya tahan harga Bitcoin menumbuhkan optimisme di kalangan analis. Saat ini, BTC hanya terpaut kurang dari 6% dari rekor tertinggi sepanjang masa sebesar 112.000 dolar AS yang dicapai pada 22 Mei lalu. Sejumlah analis memperkirakan Bitcoin berpotensi mencetak rekor baru dalam beberapa pekan ke depan jika tren positif berlanjut.
Adopsi Bitcoin juga terus tumbuh seiring meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, tekanan inflasi, utang pemerintah yang tinggi, dan keretakan sistem keuangan tradisional. Semua ini menjadikan Bitcoin—dengan pasokan yang terbatas—semakin dilirik sebagai aset lindung nilai oleh investor institusional dan ritel.
Dengan tekanan geopolitik yang masih membayangi dan fundamental pasar yang terus berubah, Bitcoin kembali menunjukkan perannya sebagai barometer ketahanan ekonomi digital dunia.
Selalu update dunia Cryptocurrency dan Blockchain bersama Kriptopedia – ikuti kami di Google News sekarang!
