Kriptopedia — White House Crypto Summit 2025 yang akan digelar oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada 7 Maret di Gedung Putih, kini tengah menjadi pusat perhatian. Meski demikian, para pelaku pasar kripto disarankan untuk tetap waspada hingga akhir pekan ini. Pasalnya, konferensi yang digelar untuk membahas regulasi, kebijakan, dan potensi adopsi aset digital di Amerika Serikat ini diperkirakan akan berdampak besar pada pasar.
Analisis dari perusahaan perdagangan aset digital STS Digital menunjukkan bahwa pertemuan ini dapat memicu lonjakan aktivitas, dengan pergerakan harga Bitcoin (BTC) diperkirakan mencapai USD 5.000.
Sejumlah pemain utama industri, termasuk Coinbase, Chainlink, dan Exodus, dijadwalkan hadir dalam pertemuan tersebut. Rumor yang beredar menyebutkan bahwa dalam KTT ini, Trump kemungkinan akan mengumumkan pembentukan cadangan strategis BTC, berbeda dengan pernyataan sebelumnya yang mengisyaratkan adanya keranjang aset yang mencakup altcoin seperti XRP, Cardano (ADA), dan Solana (SOL) selain BTC dan Ether (ETH).
Harga opsi BTC, ETH, dan SOL di platform perdagangan derivatif Deribit menunjukkan bahwa para investor bersiap menghadapi akhir pekan yang penuh gejolak pasca-KTT ini.
“Pasar opsi mencerminkan kegelisahan dan minimnya likuiditas menjelang akhir pekan, dengan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi. Spread implied volatility (IV) antara Jumat dan Sabtu mencapai hampir 25 poin, di mana opsi yang kedaluwarsa pada Jumat tidak mencerminkan volatilitas yang diantisipasi,” ujar Kepala Wilayah Asia STS Digital, Jeff Anderson, seperti dilansir dari CoinDesk.
Implied volatility merupakan metrik yang berasal dari harga opsi dan menunjukkan tingkat ekspektasi pelaku pasar terhadap fluktuasi harga suatu aset dalam periode tertentu. Opsi sendiri merupakan kontrak derivatif yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual aset pada harga yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu.
Pada Kamis pagi, opsi BTC yang akan kedaluwarsa pada Jumat menunjukkan implied volatility tahunan sebesar 56%, sementara opsi yang berakhir pada Sabtu diperdagangkan dengan volatilitas 80%. Kesenjangan sebesar 24 poin ini mengindikasikan ekspektasi peningkatan volatilitas harga pasca-KTT.
Polanya serupa dengan yang terlihat pada opsi ETH dan SOL.

Data menunjukkan volatilitas implisit dan ke depan untuk BTC, ETH, dan SOL serta titik impas (breakeven) straddle, yang mencerminkan perkiraan pergerakan harga.
Volatilitas ke depan dihitung berdasarkan perbandingan implied volatility dari opsi dengan berbagai periode kedaluwarsa, menunjukkan volatilitas yang diantisipasi dalam periode antara dua tanggal kedaluwarsa yang ditentukan—dalam hal ini, Jumat dan Sabtu.
Volatilitas ke depan BTC sebesar 105% diperkirakan akan menghasilkan pergerakan harga sekitar 5,5% antara Jumat pukul 08.00 UTC hingga Sabtu pukul 08.00 UTC. (Opsi di Deribit kedaluwarsa pada pukul 08.00 UTC).
Dengan kata lain, BTC dapat mengalami pergerakan mendekati USD 5.000 ke arah mana pun setelah KTT ini berlangsung. Sementara itu, volatilitas ETH dan SOL masing-masing mengindikasikan pergerakan harga sebesar USD 135 dan USD 13.
Menurut Anderson, ekspektasi volatilitas besar sering kali tidak sesuai dengan realitas di pasar.
“Sering kali, volatilitas tinggi yang diprediksi justru berakhir mengecewakan di dunia kripto karena ekspektasi lebih besar daripada realitas. Namun demikian, titik impas ini tidak terlalu besar dan opsi tetap menjadi strategi paling aman untuk mengambil posisi di pasar saat ini,” ujar Anderson, merujuk pada risiko yang melekat dalam mengambil posisi arah pada opsi yang akan kedaluwarsa pada 14 Maret.
“Kami memperkirakan harga opsi dengan tenor lebih panjang akan turun setelah acara ini, seiring dengan meredanya ketidakpastian dan menurunnya volatilitas,” pungkasnya.