Kriptopedia — Harga Bitcoin (BTC) kembali tergelincir tajam hingga menyentuh level $104.000 pada Selasa malam waktu Indonesia, seiring meningkatnya kecemasan pasar menjelang pengumuman keputusan suku bunga dari Federal Open Market Committee (FOMC) Amerika Serikat.
Data pasar menunjukkan bahwa BTC mengalami koreksi lebih dari 3% dalam 24 jam terakhir. Penurunan ini memperkuat tren bearish yang telah terbentuk dalam beberapa hari terakhir, setelah harga Bitcoin gagal bertahan di atas ambang psikologis $107.000.

Pelemahan harga ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap keputusan FOMC yang dijadwalkan diumumkan pada 19 Juni. Meskipun mayoritas pelaku pasar memprediksi tidak akan ada perubahan suku bunga bulan ini—dengan peluang tidak terjadi pemangkasan mencapai 98% menurut CME FedWatch Tool—ketidakpastian tetap mendominasi.
Analis kripto terkemuka, Michaël van de Poppe, memperingatkan bahwa jika Bitcoin menembus level $105.000, pasar bisa memasuki fase likuidasi massal. “Harga Bitcoin mulai kehilangan level penting, dan jika turun lebih dalam, kemungkinan besar kita akan melihat koreksi lanjutan,” ujarnya melalui akun X (sebelumnya Twitter).

Sentimen negatif turut diperburuk oleh kondisi makroekonomi AS yang masih rapuh. Inflasi yang tinggi, perlambatan pertumbuhan, dan tekanan terhadap sektor obligasi pemerintah menjadi perhatian utama investor.
Beberapa analis bahkan menilai bahwa fokus pasar seharusnya bukan semata pada suku bunga, melainkan pada perubahan aturan likuiditas seperti Supplementary Leverage Ratio (SLR) yang dapat berdampak besar pada aliran modal di pasar keuangan.
Dengan harga Bitcoin yang telah jatuh ke $104.000, banyak pihak kini menantikan apakah support psikologis berikutnya akan mampu menahan tekanan jual, atau justru membuka jalan bagi koreksi lebih dalam dalam waktu dekat.
Selalu update dunia Cryptocurrency dan Blockchain bersama Kriptopedia – ikuti kami di Google News sekarang!
